Senin, 26 Desember 2016

kecanduan obat

MAKALAH KECANDUAN OBAT
BIOPSIKOLOGI




Disusun oleh:
1.     Mohamad Shole Firdaus
(46115320005)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA KAMPUS D
2016


       I.            PENDAHULUAN


      Ketergantungan obat adalah masalah serius diberbagai belahan bumi. Sebagai contoh, di Amerika Serikat saja, lebih dari 60 juta orang mengalami adiksi nikotin, alcohol, atau kedua-duanya; 5,5 juta mengalami adiksi pada obat-abatan illegal, dan berjuta-juta lainnya mengalami adiksi pada obat-obat resep. Berhenti sejenak dan pikirkan tentang begitu besarnya kesedihan yang direpresentasikan oleh angka-angka itu, ada ratusan juta orang di dunia yang sakit dan menderita. Insiden aksi obat begitu tinggi sehingga hampir pasti bahwa anda, atau orang yang anda sayangi akan mengalami akibat negative obat-obatan.
Melihat kenyataan didunia ini yang semakin maraknya penggunaan obat yang disalahgunakan dan mayoritas pelaku penyalahgunaan obat adalah usia produktif ( mayoritas remaja dan bahkan anak dibaawah umur ), maka saya akan membahas makalah yang berjudul  “Kecanduan Obat” dalam matakuliah Biopsikologi. Adapun suatu permasalahan yang akan saya bahas dibawah ini.

    II.            RUMUSAN MASALAH
1.       Apa Definisi kecanduan obat dan apa akibatnya ?
2.      Prinsip-prinsip dasar kerja obat?
3.      Apa saja obat yang lazim disalahgunakan?
4.      Bagaimana pendekatan biopsikologis pada korban kecanduan?



  III.            PEMBAHASAN


1.      Definisi kecanduan obat dan akibatnya
Ketagihan adalah perbuatan kompulsif (yang terpaksa dilakukan) dan keterlibatan yang berlebihan terhadap suatu kegiatan tertentu. Kegiatan ini bisa berupa pertaruhan (judi) atau berupa penggunaan berbagai zat, seperti obat-obatan. Obat-obatan dapat menyebabkan ketergantungan psikis saja atau ketergantungan psikis dan fisik.
Kecanduan didefinisikan sebagai ketergantungan atas zat tertentu, dalam arti klinis istilah kecanduan memiliki efek berbahaya untuk kesehatan pecandu.. atau dengan kata lain, kecanduan adalah situasi di mana penggunaan obat telah mengubah perilaku dan metode pengguna, menciptakan kebutuhan untuk terus menggunakan atau mendapatkan dosis lebih banyak.
Adapun yang dimaksud dengan “toleransi obat” yaitu keadaan kepekaan yang berkurang terhadap obat yang berkembang akibat paparan obat tersebut. Toleransi obat dapat didemonstrasikan dengan dua cara: dengan menunjukan bahwa dosis tertentu memiliki efek yang lebih kecil disbanding sebelum paparan obat itu atau dengan menunjukan bahwa dibutuhkan lebih banyak obat untuk menghasilkan efek yang sama.
Disisis lain Toleransi juga dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk meningkatkan secara progresif dosis obat untuk menghasilkan efek yang biasanya dapat dicapai dengan dosis yang lebih kecil. Gejala putus obat terjadi jika pemakaian obat dihentikan atau jika efek obat dihalangi oleh suatu antagonis. Seseorang yang mengalami gejala putus obat, merasa sakit dan dapat menunjukkan banyak gejala, seperti sakit kepala, diare atau gemetar (tremor). Gejala putus obat dapat merupakan masalah yang seirus dan bahkan bisa berakibat fatal.

Akibat kecanduan obat  menyebabkan ketergantungan psikis biasanya bekerja diotak dan memiliki satu atau lebih dari efek sebagai berikut ini:
a)      Mengurangi kecemasan dan ketegangan
b)      Menyebabkan kegembiraan, euphoria ( perasaan senang yang berlebihan) atau perubahan emosi yang menyenangkan lainnya.
c)      Menyebabkan perasaan meningkatnya kemampuan jiwa dan fisik
d)     Merubah persepsi fisik

Ketergantungan psikis dapat menjadi sangat kuat dan sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi terutama pada obat-obatan yang merubah emosi dan sensasi, yang mempengaruhi sistim saraf pusat.
Untuk para pecandu, aktivitas yang berhubungan dengan obat menjadi bagian yang penting dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga suatu bentuk ketagihan biasanya mempengaruhi kemampuan bekerjanya, proses belajarnya atau mempengaruhi hubungannya dengan keluarga dan teman.

2.      Prinsip-Prinsip Dasar Kerja Obat
a)      Lewat mulut (Oral)
Lewat mulut atau oral adalah rute pengadministrasian obat yang lebih disukai untuk banyak obat. Begitu ditelan, obat itu akan larut dalam cairan perut dan dibawa ke usus, ketempat obat itu diserap dialiran darah. Akan tetapi, sebagian obat dapat dengan mudah menembus dinding perut ( misal alcohol) dan memberikan efek yang lebih cepat karena tidak harus mencapai usus agar dapat diserap. Dua keuntungan utama penggunaan obat lewat mulut atau oral adalah kemudahan dan keamanan relatifnya.

b)      Lewat suntikan
Suntikan obat lazim diberikan dalam praktek mediskarena efek obat yang disuntikan kuat, cepat dan dapat diprediksi. Suntikan obat biasanya dilakukan secara subkutan (jaringan lemak tepat dibawah kulit), intramuscular (kedalam otot-otot besar), dan intravena (langsung kedalam urat darah dititik-titik tempat darah itu mengalir tepat dibawah kulit).
 Banyak pecandu obat yang lebih menyukai rute intravena karena aliran darah mengantarkan obat itu secara langsung ke otak. akan tetapi kecepatan dang kelangsungan rute intravena ini bersifat mixed blessings ( mempunyai efek overdosis, ketercemaran, atau reaksi alergik). Selain itu, banyak pecandu yang mengembangkan jaringan parut, infeksi dan aliran darah yang kolaps dibeberapa tempat ditubuhnya, yang terdapat urat-urat darah besar yang dapat diakses.
c)      Lewat inhalasi
Beberapa obat dapat diserap kedalam aliran darah melalui jaringan kapiler yang begitu banyak dalam paru-paru. Banyak anastesiolog (obat bius) yang biasanya diberikan melalui inhalasi, seperti tembakau dan mariyuana. Dua kelemahan rute ini adalah:
·         Sulitnya untuk mengatur dengan tepat dosis obat yang dihirup
·         Banyak substansi yang merusak paru-paru bila dihirup secara kronis
d)     Penyerapan melalui membrane mucosa (selaput lendir)
Beberapa obat dapat diadministrasikan melalui selaput lendir hidung, mulut dan rectum. Misalnya kokain, kokain biasanya diadministrasikan sendiri melalui selaput hidung (disedot melalui hidung)

3.      Obat Yang Lazim Disalahgunakan
a)      Tembakau
Tembakau memiliki kandungan psikoaktif utama yaitu nikotin, dan sekitar 4000 bahan kimia lainnya yang secara kolektif disebut Tar. Disetiap tahunnya, tembakau bertanggung jawab atas 3 juta kematian diseluruh dunia dan tar mempunyai kontribusi sebesar 20% dari seluruh kematian dinegara-negara barat.
Oleh karena toleransi yang cukup tinggi yang berkembang terhadap sebagian efek segera dari tembakau, efek merokok pada nonperokok dan perokok dapat sangat berbeda. Nonperokok seringkali merespon beberapa kepulan asap rokok dengan berbagai kombinasi antara lain mual, muntah, batuk-batuk, berkeringat, kram perut, pusing, flushing( wajah menjadi merah), dan diare. Sebaliknya perokok melaporkan bahwa mereka lebih relaks, lebih alert (waspada) dan kurang begitu lapar setelah menghisap sebatang rokok.
Konsekuensi pemakaian tembakau dalam jangka panjang patut diwaspadai. Smoker’s syndrome ( sindroma perokok) ditandai oleh nyeri dada , sesak nafas, suara yang mendesah, batuk-batuk dan kerentanan yang tinggi terhadap berbagai gangguan sakuran pernafasan. Para perokok kronis sangat rentan terhadap berbagai gangguan paru-paru yang mematikan, termasuk pneumonia, bronchitis (inflamasi kronis bronchioli paru-paru), emfisema (hilangnya elastisitas paru-paru akibat iritasi kronis) dan kanker paru-paru. Meskipun meningkatnya resiko kanker paru-paru menerima publisitas paling besar, merokok juga meningkatkan resiko kanker tenggorokan (kotak suara), mulut, kerongkongan, ginjal, pancreas, kandung kemih dan lambung. Perokok juga memiliki resiko yang lebih besar untuk mengembangkan berbagai macam penyakit kardiovaskuler, yang dapat berkulminasi menjadi serangan jantung atau stroke.
b)      Alcohol
Alkohol diklasifikasikan sebagai depressant (depresan) karena pada dosis moderat sampai tinggi, alcohol menekan `penembakan neural, teatapi pada dosis rendah , alcohol dapat menstimulasi penembakan neural dan memfasilitasi interaksi sosial. Alcohol terlibat dalam lebih dari 3% dari seluruh kematian di amerika serikat. Termasuk akibat cacat lahir, ill health, kecelakaan dan kekerasan. Dengan dosis moderat, peminum alcohol mengalami berbagai tingkat perceptual, verbal dan motorik, serta hilangnya control yang dapat mengakibatkan berbagai tindakan yang secara sosial tidak dapat diterima. Dosis tinggi menyebabkan hilangnyakesadaran, dan bila kadar dalam darah mencapai 0,5% adda resiko kematian akibat depresi respiratorik. Alcohol juga bersifat diuretic, yakni meningkatkan produksi urine oleh ginjal. Alcohol, seperti banyak obat adiktif lainnya menghasilkan toleransi maupun ketergantungan fisik.
Alcohol menyerang hampir setiap jaringan ditubuh. Konsumsi alcohol kronis dapat menyebabkan berbagai akibat yaitu:
1.      Kerusakan otak ekstensif yang dihasilkan secara langsung atau tidak langsung (sindroma korsakoff)
2.      Perut ekstensif atau cirrhosis hati, yang merupakanpenyebab utama kematian dikalangan pemakai lakohol berat.
3.      Mengikis otot-otot jantung dan oleh sebab itu meningkatkan resiko serangan jantung
4.      Mengiritasi lapisan saluran pencernaan dan dengan begitu meningkatkan resiko kanker oral dan kanker hati, stomach ulcers (borok lambung),  pancreatitis (inflamasi pancreas) dan gastritis (inflamasi lambung)
5.      Memenetrasi selaput plasenta dan mempengaruhi janin

c)      Mariyuana
Mariyuana (ganja) adlaah nama lazim yang diberikan kepada daun dan bunga yang dikeringkan dari cannabis sativa. Mode umum konsumsinya adalah dengan cara menghisap daunnya dalam bentuk lintingan atau dengan menggunakan pipa tetapi mariyuana juga efektif bila dipakai secara oral, mula-mula dipanggang dalam subtract kaya-minyak untuk membantu penyerapan dan traktus gastrointestinal. Efek dosis mariyuana tidak kentara, tetapi dosis tinggi benar-benar menghendaya fungsi psikologis. Pada dosis tinggi bisa menyebabkan ingatan jangka pendek terhendaya, perasaan tidak nyata, bicara menjadi terbata-bata, percakapan yang bermakna menjadi sulit dilakukan, distorsi penginderaan, perasaan paranoid, dan hendaya motorik juga lazim terjadi.
Terdapat dua efek adversif penggunaan berat mariyuana yang telah banyak didokumentasikan yaitu:
1.      Sebagian kecil penghisap mariyuana yang menghisapnya secara regular cenderung mengembangkan berbagai masalah pernafasan seperti batuk, bronchitis, dan asma.
2.      Karena mariyuana menghasilkan tachycardia( detak jantung yang meningkat), dosis tunggal yang besar dapat memicu serangan jantung pada individu –individu  yang rentan ( misal , laki-laki lanjut usia yang sebelumnya pernah mengalami serangan jantung).
Meskipun banyak orang percaya bahwa mariyuana menyebabkan kerusakan otak, tidak ada bukti langsung kerusakan otak pada para pengguna substansi ini. Akan tetapi, sebagian orang berpendapat bahwa penggunaan mariyuana memiliki dua efek behavioral yang bisa jadi merupakan akibat kerusakan otak yaitu:
1.      Banyak oran yang percaya bahwa penggunaan mariyuana menyebabkan kehilangan ingatan permanen
2.      Banyak orang percaya bahwa mariyuana menyebabkan sakit mental, khususnya skizofrenia
d)     Kokain dan stimulant-stimulannya
Stimulant adalah obat-obatan yang efek utamanya adalah menghasilkan peningkatan pada aktivitas neural dan perilaku secara umum. Meskipun stimulant semuanya memiliki prifil efek serupa, mereka memiliki potensi yang sangat berbeda-beda. Kokain dan derivatifnya adalah stimulant yang paling banyak disalahgunakan. Pecandu kokain cenderung mengalami cocaine sprees, memakai dengan tingkat asupan yang ekstrem tinggi selama periode 1 atau 2 hari. Selama cocain spree, pemakainya menjadi semakin toleran terhadap efek euphoria yang dihasilkan kokain. Dengan demikian, dosis yang semakin besar sering diadministrasikan. Spree biasanya berakhir bila kokain habis atau bila kokain mulai mempunyai efek-efek toksik serius
e)      Opiate : Heroin dan Morfin
Opium ( getah yang menetes dari bunga opium) memiliki beberpa kandungan psikoaktif. Yang paling terkemuka adalah Morfin dan Kodein; kerabatnya yang lebih lemah. Morfin, kodein dan obat-obatan lain yang memiliki struktur atau efek serupa lazim disebut opiate (opiate). Opiate memberikan pengaruhnya dengan mengikatkan diri pada reseptor-reseptor yang fungsi normalnya adalah mengikat diri ke opiate endogen. Neurotransmitter opiate endogen yang mengikat diri pada reseptor tersebut terdiri atas dua golongan : endorphin dan enkefalin.
Heroin adalah opiate semisintetik . heroin sudah disintesiskan pada 1870 dengan ditambahkannya dua kelompok asetil ke molekul morfin yang sangat meningkatkan kemampuannya untuk menembus penghalang darah menuju otak.
Efek opiate yang paling dihargai oleh para pecandu adalah rush yang mengikuti suntikan IV. Heroin rush adalah gelombang perasaan menyenanngkan orgasmic-abnominal yang berubah menjadi keadaan mengantuk yang menyenangkan dan menenangkan.
Opiate juga mempunyai resiko langsung utamanya yaitu konstipasi, konstruksi pupil, menstruasi tidak teratur dan berkurangnya libido ( dorongan seks). Salah satu resiko tak langsung yang sangat serius , yang terkait dengan penggunaan heroin adalah kematian akibat overdosis karena dosis tinggi heroin membunuh dengan cara menekan pernafasan. Penanganan primer untuk kecanduan heroin adalah metadon. Metadon adalah opiate dengan banyak efek dan hampir sama dengan heroin. Tetapi , karena metadon menghasilkan perasaan menyenangkan lebih kecil disbanding heroin, strateginya adalah memblokir efek-efek withdrawal heroin dengan metadon kemudian mempertahankan para pecandunya dengan metadon dampai mereka dapat disapih sendiri.

4.      Pendekatan-Pendekatan Biopsikologis Pada Korban Kecanduan

·         Ketergantungan fisik dan perspektif insentif-positif kecanduan
Menurut berbagai physical-dependence theories of addiction, ketergantungan fisik merangkap pecandu disebuah lingkaran setan memakai obat dan gejala-gejala withdrawal. Idenya adalah pemakai obat yang asupannya telah mencapai tingkat yang cukup untuk menginduksi ketergantungan fisik didorong oleh gejala-gejala withdrawal untuk mengadministrasikan sendiri obat itu tiap kali mereka berusaha mengurangi asupannya.

·         Kambuh dan penyebabnya
Masalah paling sulit dalam menangani pecandu obat adalah bagaimana membuat mereka berhenti memakai obatnya. Masalah utamanya adalah menghentikan pecandu dari kekambuhannya. Terdapat tiga penyebab kekambuhan yang berbeda secara fundamental pada para pecandu obat yang teridentifikasi yaitu:
1.      Kebanyakan terapis dan pasien menunjuk stress sebagai factor utama kekambuhan
2.      Adanya drug priming(mengutamakan obat, satu paparan tunggal ke obat yang sebelumnya disalahgunakan).  Banyak para pecandu yang merasa bahwa kecanduannya sudah terkendali dan serta merta kembali terjungkal ke jurang kecanduan setelah sekali saja memakai obat yang sebelumnya disalahgunakan.
3.       Adanya paparan isyarat-isyarat lingkungan (orang,waktu,tempat,atau objek) yang sebelumnya terkain dengan pemakaian obat.


  IV.           KESIMPULAN

Sesuai uraian di atas saya dapat menyimpulkan bahwa yang dinamakan kecanduan obat yaitu ketergantungan atas zat tertentu untuk berfungsi. Dalam arti klinis istilah, kecanduan harus berbahaya untuk kesehatan keseluruhan pecandu. Meskipun populer dengan bahasa sehari-hari menggunakan “kecanduan” untuk menggambarkan jenis obsesi atau bunga, itu harus tidak benar-benar didefinisikan seperti jika tidak berbahaya. Dan kecanduan obat itu mempengaruhi ketergantungan psikis maupun fisik, seperti yang sudah dijelaskan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

·         Edisi ketujuh Pinel, Jhon P.J., Biopsikologi, terjemah, Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyanti Soetjipto, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009.
·         “ketergantungan-obat-ketagihan” http://www.penulis.info/4334/.html


informasi positif negatif

Mengapa informasi negative lebih diingat dibandingkan informasi positif

Mengapa banyak dari antara kita ingat dengan rinci, semua hal negatif yang pernah dilakukan atau dikatakan pasangan kita, sejak awal hubungan sampai saat ini? "Kamu selalu terlambat", "Tempat ini selalu berantakan", atau "Kamu tidak pernah benar-benar mendengarkan". Mengapa sebuket bunga mawar atau tiket ke event olahraga favorit tidak bisa menebus dan menggantikan hal-hal yang menyakiti perasaan? Mengapa kita lebih mengingat hal-hal negatif dibanding yang positif?

Penelitian yang dilakukan Dr. John Cacioppo dari Universitas Chicago telah menunjukkan apa yang dia sebut sebagai "bias negatif" dari otak. Otak kita sebenarnya lebih sensitif dan responsif terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan. Inilah sebabnya mengapa hinaan atau kritik "memukul" kita lebih keras dan tinggal di otak kita lebih lama.
Tidak hanya kita lebih sensitif pada informasi negatif, tapi rekaman-rekaman negatif itu meningkat secara tidak proporsional melebihi rekaman-rekaman positif. Ini bukanlah rasio satu banding satu. Dengan kata lain, satu informasi positif tidak bisa menutup atau mengganti satu informasi negatif. Saat anda berkata pada suami anda, "Terima kasih sudah memandikan anak-anak, sayang...” dan 5 menit kemudian berkata, “kamu lupa membuang sampah keluar lagi.” Maka kata-kata negative menenggelamkan yang positif.
Otak kita membutuhkan jumlah masukan hal-hal positif yang lebih banyak untuk mengimbangi “bias negatif” ini. Dan beberapa tindakan positif yang kecil dan sering lebih berhasil disbanding satu tindakan positif yang besar. Ukuran dari hal positif tidak menjadi masalah, namun kuantitaslah yang menang. Ini memang seperti permainan angka. Inilah sebabnya mengapa memberikan kejutan pesta ulang tahun yang mahal untuk istri di restoran terkenal tidak bisa menebus rekaman perilaku negatif sehari-hari suami. Dan hadiah istri berupa alat pemotong rumput yang sudah lama diinginkan suaminya juga tidak akan dapat menjadi kompensasi dari komentar-komentar negatif dan kritis si istri kepada suaminya. Satu hal positif yang sangat besar tidak dapat mengimbangi banyak hal negatif.





manusia menurut aristoteles

 Manusia menurut Aristoteles

Aristoteles adalah filosof Yunani pertama yang menulis sebuah “etika”. Tulisan dengan tujuan agar manusia belajar untuk hidup secara bijaksana. Gagasan dasar Aristoteles adalah bahwa manusia hidup dengan bijaksana semakin ia mengembangkan diri secara utuh. Menunjuk jalan bagaimana manusia dapat menjadi utuh itulah maksud Aristoteles. Aristoteles menulis etikanya agar mereka yang membacanya dapat membangun suatu kehidupan yang bermakna dan bahagia. Dan itu dicapai dengan memperlihatkan bagaimana manusia dapat mengembangkan diri, dapat membuat potensi-potensinya menjadi nyata, dan bagaimana karena itu ia menjadi pribadi yang kuat. Menjadi pribadi yang kuat berarti berhasil dalam kehidupan sebagai manusia. Itulah yang membuat kita bahagia dan itulah yang mau ditunjukkan oleh Aristoteles.
Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that reasons). Manusia adalah hewan yang berpolitik (zoon politicon, political animal), hewan yang berfamili dan bermasyarakat, mempunyai kampung halaman dan negara. Manusia berpolitik karena ia mempunyai bahasa yang memungkinkan ia berkomunikasi dengan yang lain. Dan didalam masyarakat manusia mengenal adanya keadilan dan tata tertib yang harus dipatuhi. Ini berbeda dengan binatang yang tidak pernah berusaha memikirkan suatu cita keadilan.
Aristoteles juga menyebutkan tetang istilah zoon politicon. Dengan istilah tersebut, aristoteles menyebut bahwa manusia tak berbeda dengan hewan jika hanya hidup indvidu, makan, minum,berhubungan seksual, serta menghasilkan keturunan. Jika hanya seperti itu, manusia dengan hewan sama saja. Namun ternyata ada perbedaan, yaitu manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesame untuk menjadikan kehidupan di dunia lebih harmonis.
Satu factor yang menjadikan manusia menjadi zoon politicon adalah akal sehat dan intelegensia yang dimilikinya. Keduanya menjadi anugerah dari tuhan atas penciptaan salah satu  makhluknya yang paling sempurna daripada yang lain. Oleh karena itu, perbedaan ini menjadi dasar bagi tiap manusia untuk dapat menjadi individu yang lebih baik dari waktu ke waktu. Sesuatu yang menjadikan manusia lebih baik itu adalah menjadi sosok zoon politicon.
Zoon politicon sendiri berasal dari dua kata, zoon yang berarti hewan dan politicon yang artinya bermasyarakat. Secara harfiah, zoon politicon diartikan sebagai hewan yang bermasyarakat. Aristoteles memang sengaja menyebut manusia dalam hal ini sebagai hewan agar dapat dimengerti perbedaan selanjutnya antara manusia dengan hewan.
Sudah sedikit dibahas diatas bahwa manusia diciptakan dan dikodratkan hidup di dunia bukan hanya menjadi makhluk individu. Lebih dari itu, manusia dapat menjadi makhluk sosial. Disebut sebagai makhluk sosial karena manusia dapat saling berkomunikasi, berinteraksi dan bekerja sama antara satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan tertentu. Oleh kerena itu aristoteles menyebutnya dengan istilah zoon politicon.
Sebagai makhluk sosial, tentu saja manusia tidak dapat hidup sendiri. Dalam kenyataannya, manusia hidup bersama orang lain yang mungkin menjadi saudaranya, temannya, rekan kerjanya, tetangganya atau yang lainnya. Ibaratnya, manusia tidak hidup ditengah hutan sendirian. Tidak ada orang lain dikanan kirinya, sehingga apa saja dilakukan sendiri. Manusia tidak bisa hidup seperti itu karena setiap orang tentu membutuhkan bantuan dalam hidupnya.

Aristoteles (dalam Anshari, 1982, p. 5) mengidentifikasi sejumlah kelebihan manusia yang tidak dimiliki oleh hewan; menusia berakal, berbicara, berpolitik, berkeluarga, bermasyarakat. Kemampuan berpolitik dimungkinkan karena manusia mempunyai bahasa yang di dalamnya dapat diungkap simbol-simbol. Cara yang sama memahami manusia dilakukan oleh William Ernest Hichking dengan menyetakan, “Manusia adalah hewan yang ketawa. Manusia adalah hewan yang menggambarkan lukisan. Manusia adalah hewan yang sadar diri. Manusia adalah hewan yang dapat merasa malu, sementara tidak ada makhluk lain yang memperhatikan tanda-tanda pembelaan untuk protes naturalnya”.
        Menurut Aristoteles, setiap tindakan manusia pasti memiliki tujuan, sebuah nilai. Ada dua macam tujuan: tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara hanyalah sarana untuk tujuan lebih lanjut. Tujuan akhir adalah tujuan yang tidak kita cari demi tujuan lebih lanjut, melainkan demi dirinya sendiri, tujuan yang kalau tercapai, mestinya tidak ada lagi yang masih diminati selebihnya. Jawaban yang diberikan Aristoteles untuk tujuan akhir ini menjadi sangat berarti dalam sejarah etika selanjutnya, yaitu: Kebahagiaan! Kalau seseorang sudah bahagia, tidak ada yang masih dinginkan selebihnya. Maka pertanyaan kunci adalah: Hidup macam apa yang menghasilkan kebahagiaan?
        Dua pengertian paling penting adalah bahwa hidup secara moral membuat manusia bahagia, dan bahwa kebahagiaan tidak diperoleh dengan malas-malas hanya ingin menikmati segala hal enak, melainkan dengan secara aktif mengembangkan diri dalam dimensi yang hakiki bagi manusia. Adalah jasa Aristoteles bahwa ia memperlihatkan bahwa hidup yang bermakna itu justru membuat bahagia.
        Aristoteles juga memperlihatkan kearah mana kita harus berusaha. Arah itu adalah kemanusiaan kita, pewujudnyataan ciri-ciri yang khas bagi manusia. Ciri yang pertama adalah logos, roh, bagian ilahi dalam manusia, dimensi doa, dimensi dimana manusia boleh berkomunikasi dengan Allah. Dimensi kedua adalah masyarakat. Aristoteles begitu menekankan ciri sosial manusia. Manusia adalah zoon politikon, mahluk bermasyarakat. Manusia tidak mungkin mencapai kepuasan sendirian. Ia menjadi diri dalam kebersamaan dengan manusia lain, dimana ia baik menerima maupun memberikan. Hanya dengan melibatkan diri dengan masyarakat-keluarga, kampung, dan komunitas politik- manusia menjadi diri sendiri. Dalam memberi dan menerima, dalam membangun kehidupan bersama itulah jalan ke kebahagiaan.
        Salah satu unsur utama ajaran Aristoteles adalah tekanan pada keutamaan. Watak moral seseorang ditentukan oleh keutamaan yang dimilikinya. Memiliki keutamaan berarti mantap dengan dirinya sendiri karena ia mantap dalam memilih apa yang betul-betul bernilai daripada apa yang sekedar merangsang. Dan keutamaan dapat kita usahakan. Dengan tegas bertindak menurut apa yang kita sadari benar, kita menjadi semakin mampu untuk bertindak demikian, kita semakin gampang bertindak etis; dan bertindak etis memberi rasa kuat dan bahagia.
        Wujud etika Aristoteles menjadi jelas dalam Etika Nikomacheia yang membahas persahabatan. Disini Aristoteles memberi pesan yang menentukan: Manusia tidak berkembang dengan memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri, melainkan dengan membuka diri terhadap orang lain. Manusia tidak mencapai kebahagiaan dan keluhurannya dengan mau memiliki sesuatu, melainkan dengan mengerahkan diri pada usaha bersama: bagi sahabat, desa, dan masyarakatnya. Adalah lebih luhur mati bagi sahabat dari pada hidup, tetapi meninggalkannya. Aristoteles mendekati kebijakan yang ada baik pada Yesus maupun pada etika Jawa. Yesus mengatakan bahwa siapa kehilangan nyawanya demi yang paling luhur, akan memperolehnya, dan pepatah Jawa mengatakan bahwa mati ditengah kehidupan menghasilkan hidup ditengah kematian.