MAKALAH
KECANDUAN OBAT
BIOPSIKOLOGI
Disusun oleh:
1.
Mohamad Shole Firdaus
(46115320005)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MERCU BUANA KAMPUS D
2016
I.
PENDAHULUAN
Ketergantungan obat adalah masalah serius diberbagai belahan bumi. Sebagai
contoh, di Amerika Serikat saja, lebih dari 60 juta orang mengalami adiksi
nikotin, alcohol, atau kedua-duanya; 5,5 juta mengalami adiksi pada obat-abatan
illegal, dan berjuta-juta lainnya mengalami adiksi pada obat-obat resep.
Berhenti sejenak dan pikirkan tentang begitu besarnya kesedihan yang
direpresentasikan oleh angka-angka itu, ada ratusan juta orang di dunia yang
sakit dan menderita. Insiden aksi obat begitu tinggi sehingga hampir pasti
bahwa anda, atau orang yang anda sayangi akan mengalami akibat negative
obat-obatan.
Melihat kenyataan didunia ini yang
semakin maraknya penggunaan obat yang disalahgunakan dan mayoritas pelaku
penyalahgunaan obat adalah usia produktif ( mayoritas remaja dan bahkan anak
dibaawah umur ), maka saya akan membahas makalah yang berjudul “Kecanduan Obat” dalam matakuliah
Biopsikologi. Adapun suatu permasalahan yang akan saya bahas dibawah ini.
II.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa Definisi kecanduan obat dan apa akibatnya
?
2. Prinsip-prinsip
dasar kerja obat?
3. Apa
saja obat yang lazim disalahgunakan?
4. Bagaimana
pendekatan biopsikologis pada korban kecanduan?
III.
PEMBAHASAN
1.
Definisi
kecanduan obat dan akibatnya
Ketagihan
adalah perbuatan kompulsif (yang terpaksa dilakukan) dan keterlibatan
yang berlebihan terhadap suatu kegiatan tertentu. Kegiatan ini bisa berupa
pertaruhan (judi) atau berupa penggunaan berbagai zat, seperti obat-obatan.
Obat-obatan dapat menyebabkan ketergantungan psikis saja atau ketergantungan
psikis dan fisik.
Kecanduan
didefinisikan sebagai ketergantungan atas zat tertentu, dalam arti klinis
istilah kecanduan memiliki efek berbahaya untuk kesehatan pecandu.. atau dengan
kata lain, kecanduan adalah situasi di mana penggunaan obat
telah mengubah perilaku dan metode pengguna, menciptakan kebutuhan untuk terus
menggunakan atau mendapatkan dosis lebih banyak.
Adapun
yang dimaksud dengan “toleransi obat” yaitu keadaan kepekaan yang berkurang
terhadap obat yang berkembang akibat paparan obat tersebut. Toleransi obat
dapat didemonstrasikan dengan dua cara: dengan menunjukan bahwa dosis tertentu
memiliki efek yang lebih kecil disbanding sebelum paparan obat itu atau dengan
menunjukan bahwa dibutuhkan lebih banyak obat untuk menghasilkan efek yang
sama.
Disisis
lain Toleransi juga dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk meningkatkan secara
progresif dosis obat untuk menghasilkan efek yang biasanya dapat dicapai dengan
dosis yang lebih kecil. Gejala putus obat terjadi jika pemakaian obat dihentikan
atau jika efek obat dihalangi oleh suatu antagonis. Seseorang yang
mengalami gejala putus obat, merasa sakit dan dapat menunjukkan banyak gejala,
seperti sakit kepala, diare atau gemetar (tremor). Gejala putus obat
dapat merupakan masalah yang seirus dan bahkan bisa berakibat fatal.
Akibat kecanduan obat menyebabkan ketergantungan psikis biasanya
bekerja diotak dan memiliki satu atau lebih dari efek sebagai berikut ini:
a) Mengurangi
kecemasan dan ketegangan
b) Menyebabkan
kegembiraan, euphoria ( perasaan senang yang berlebihan) atau perubahan emosi
yang menyenangkan lainnya.
c) Menyebabkan
perasaan meningkatnya kemampuan jiwa dan fisik
d) Merubah
persepsi fisik
Ketergantungan
psikis dapat menjadi sangat kuat dan sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi terutama
pada obat-obatan yang merubah emosi dan sensasi, yang mempengaruhi sistim saraf
pusat.
Untuk para
pecandu, aktivitas yang berhubungan dengan obat menjadi bagian yang penting
dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga suatu bentuk ketagihan biasanya mempengaruhi
kemampuan bekerjanya, proses belajarnya atau mempengaruhi hubungannya dengan
keluarga dan teman.
2.
Prinsip-Prinsip
Dasar Kerja Obat
a) Lewat
mulut (Oral)
Lewat mulut atau oral adalah rute pengadministrasian
obat yang lebih disukai untuk banyak obat. Begitu ditelan, obat itu akan larut
dalam cairan perut dan dibawa ke usus, ketempat obat itu diserap dialiran
darah. Akan tetapi, sebagian obat dapat dengan mudah menembus dinding perut (
misal alcohol) dan memberikan efek yang lebih cepat karena tidak harus mencapai
usus agar dapat diserap. Dua keuntungan utama penggunaan obat lewat mulut atau
oral adalah kemudahan dan keamanan relatifnya.
b) Lewat
suntikan
Suntikan obat lazim diberikan dalam
praktek mediskarena efek obat yang disuntikan kuat, cepat dan dapat diprediksi.
Suntikan obat biasanya dilakukan secara subkutan (jaringan lemak tepat dibawah
kulit), intramuscular (kedalam otot-otot besar), dan intravena (langsung
kedalam urat darah dititik-titik tempat darah itu mengalir tepat dibawah
kulit).
Banyak
pecandu obat yang lebih menyukai rute intravena karena aliran darah
mengantarkan obat itu secara langsung ke otak. akan tetapi kecepatan dang
kelangsungan rute intravena ini bersifat mixed blessings ( mempunyai efek
overdosis, ketercemaran, atau reaksi alergik). Selain itu, banyak pecandu yang
mengembangkan jaringan parut, infeksi dan aliran darah yang kolaps dibeberapa
tempat ditubuhnya, yang terdapat urat-urat darah besar yang dapat diakses.
c) Lewat
inhalasi
Beberapa obat dapat diserap kedalam
aliran darah melalui jaringan kapiler yang begitu banyak dalam paru-paru. Banyak
anastesiolog (obat bius) yang biasanya diberikan melalui inhalasi, seperti
tembakau dan mariyuana. Dua kelemahan rute ini adalah:
·
Sulitnya untuk mengatur dengan tepat
dosis obat yang dihirup
·
Banyak substansi yang merusak paru-paru
bila dihirup secara kronis
d) Penyerapan
melalui membrane mucosa (selaput lendir)
Beberapa obat dapat diadministrasikan
melalui selaput lendir hidung, mulut dan rectum. Misalnya kokain, kokain
biasanya diadministrasikan sendiri melalui selaput hidung (disedot melalui
hidung)
3.
Obat
Yang Lazim Disalahgunakan
a) Tembakau
Tembakau memiliki kandungan psikoaktif
utama yaitu nikotin, dan sekitar 4000 bahan kimia lainnya yang secara kolektif
disebut Tar. Disetiap tahunnya, tembakau bertanggung jawab atas 3 juta kematian
diseluruh dunia dan tar mempunyai kontribusi sebesar 20% dari seluruh kematian
dinegara-negara barat.
Oleh karena toleransi yang cukup tinggi
yang berkembang terhadap sebagian efek segera dari tembakau, efek merokok pada
nonperokok dan perokok dapat sangat berbeda. Nonperokok seringkali merespon
beberapa kepulan asap rokok dengan berbagai kombinasi antara lain mual, muntah,
batuk-batuk, berkeringat, kram perut, pusing, flushing( wajah menjadi merah),
dan diare. Sebaliknya perokok melaporkan bahwa mereka lebih relaks, lebih alert
(waspada) dan kurang begitu lapar setelah menghisap sebatang rokok.
Konsekuensi pemakaian tembakau dalam
jangka panjang patut diwaspadai. Smoker’s syndrome ( sindroma perokok) ditandai
oleh nyeri dada , sesak nafas, suara yang mendesah, batuk-batuk dan kerentanan
yang tinggi terhadap berbagai gangguan sakuran pernafasan. Para perokok kronis
sangat rentan terhadap berbagai gangguan paru-paru yang mematikan, termasuk
pneumonia, bronchitis (inflamasi kronis bronchioli paru-paru), emfisema
(hilangnya elastisitas paru-paru akibat iritasi kronis) dan kanker paru-paru.
Meskipun meningkatnya resiko kanker paru-paru menerima publisitas paling besar,
merokok juga meningkatkan resiko kanker tenggorokan (kotak suara), mulut,
kerongkongan, ginjal, pancreas, kandung kemih dan lambung. Perokok juga
memiliki resiko yang lebih besar untuk mengembangkan berbagai macam penyakit
kardiovaskuler, yang dapat berkulminasi menjadi serangan jantung atau stroke.
b) Alcohol
Alkohol diklasifikasikan sebagai
depressant (depresan) karena pada dosis moderat sampai tinggi, alcohol menekan
`penembakan neural, teatapi pada dosis rendah , alcohol dapat menstimulasi
penembakan neural dan memfasilitasi interaksi sosial. Alcohol terlibat dalam
lebih dari 3% dari seluruh kematian di amerika serikat. Termasuk akibat cacat
lahir, ill health, kecelakaan dan kekerasan. Dengan dosis moderat, peminum
alcohol mengalami berbagai tingkat perceptual, verbal dan motorik, serta
hilangnya control yang dapat mengakibatkan berbagai tindakan yang secara sosial
tidak dapat diterima. Dosis tinggi menyebabkan hilangnyakesadaran, dan bila
kadar dalam darah mencapai 0,5% adda resiko kematian akibat depresi
respiratorik. Alcohol juga bersifat diuretic, yakni meningkatkan produksi urine
oleh ginjal. Alcohol, seperti banyak obat adiktif lainnya menghasilkan
toleransi maupun ketergantungan fisik.
Alcohol menyerang hampir setiap jaringan
ditubuh. Konsumsi alcohol kronis dapat menyebabkan berbagai akibat yaitu:
1. Kerusakan
otak ekstensif yang dihasilkan secara langsung atau tidak langsung (sindroma
korsakoff)
2. Perut
ekstensif atau cirrhosis hati, yang merupakanpenyebab utama kematian dikalangan
pemakai lakohol berat.
3. Mengikis
otot-otot jantung dan oleh sebab itu meningkatkan resiko serangan jantung
4. Mengiritasi
lapisan saluran pencernaan dan dengan begitu meningkatkan resiko kanker oral
dan kanker hati, stomach ulcers (borok lambung), pancreatitis (inflamasi pancreas) dan
gastritis (inflamasi lambung)
5. Memenetrasi
selaput plasenta dan mempengaruhi janin
c) Mariyuana
Mariyuana (ganja) adlaah nama lazim yang
diberikan kepada daun dan bunga yang dikeringkan dari cannabis sativa. Mode
umum konsumsinya adalah dengan cara menghisap daunnya dalam bentuk lintingan
atau dengan menggunakan pipa tetapi mariyuana juga efektif bila dipakai secara
oral, mula-mula dipanggang dalam subtract kaya-minyak untuk membantu penyerapan
dan traktus gastrointestinal. Efek dosis mariyuana tidak kentara, tetapi dosis
tinggi benar-benar menghendaya fungsi psikologis. Pada dosis tinggi bisa
menyebabkan ingatan jangka pendek terhendaya, perasaan tidak nyata, bicara
menjadi terbata-bata, percakapan yang bermakna menjadi sulit dilakukan,
distorsi penginderaan, perasaan paranoid, dan hendaya motorik juga lazim
terjadi.
Terdapat dua efek adversif penggunaan
berat mariyuana yang telah banyak didokumentasikan yaitu:
1. Sebagian
kecil penghisap mariyuana yang menghisapnya secara regular cenderung
mengembangkan berbagai masalah pernafasan seperti batuk, bronchitis, dan asma.
2. Karena
mariyuana menghasilkan tachycardia( detak jantung yang meningkat), dosis
tunggal yang besar dapat memicu serangan jantung pada individu –individu yang rentan ( misal , laki-laki lanjut usia
yang sebelumnya pernah mengalami serangan jantung).
Meskipun banyak orang percaya bahwa
mariyuana menyebabkan kerusakan otak, tidak ada bukti langsung kerusakan otak
pada para pengguna substansi ini. Akan tetapi, sebagian orang berpendapat bahwa
penggunaan mariyuana memiliki dua efek behavioral yang bisa jadi merupakan
akibat kerusakan otak yaitu:
1. Banyak
oran yang percaya bahwa penggunaan mariyuana menyebabkan kehilangan ingatan
permanen
2. Banyak
orang percaya bahwa mariyuana menyebabkan sakit mental, khususnya skizofrenia
d) Kokain
dan stimulant-stimulannya
Stimulant adalah obat-obatan yang efek
utamanya adalah menghasilkan peningkatan pada aktivitas neural dan perilaku
secara umum. Meskipun stimulant semuanya memiliki prifil efek serupa, mereka
memiliki potensi yang sangat berbeda-beda. Kokain dan derivatifnya adalah
stimulant yang paling banyak disalahgunakan. Pecandu kokain cenderung mengalami
cocaine sprees, memakai dengan tingkat asupan yang ekstrem tinggi selama
periode 1 atau 2 hari. Selama cocain spree, pemakainya menjadi semakin toleran
terhadap efek euphoria yang dihasilkan kokain. Dengan demikian, dosis yang
semakin besar sering diadministrasikan. Spree biasanya berakhir bila kokain
habis atau bila kokain mulai mempunyai efek-efek toksik serius
e) Opiate
: Heroin dan Morfin
Opium ( getah yang menetes dari bunga
opium) memiliki beberpa kandungan psikoaktif. Yang paling terkemuka adalah
Morfin dan Kodein; kerabatnya yang lebih lemah. Morfin, kodein dan obat-obatan
lain yang memiliki struktur atau efek serupa lazim disebut opiate (opiate).
Opiate memberikan pengaruhnya dengan mengikatkan diri pada reseptor-reseptor
yang fungsi normalnya adalah mengikat diri ke opiate endogen. Neurotransmitter
opiate endogen yang mengikat diri pada reseptor tersebut terdiri atas dua
golongan : endorphin dan enkefalin.
Heroin adalah opiate semisintetik .
heroin sudah disintesiskan pada 1870 dengan ditambahkannya dua kelompok asetil
ke molekul morfin yang sangat meningkatkan kemampuannya untuk menembus
penghalang darah menuju otak.
Efek opiate yang paling dihargai oleh
para pecandu adalah rush yang mengikuti suntikan IV. Heroin rush adalah
gelombang perasaan menyenanngkan orgasmic-abnominal yang berubah menjadi
keadaan mengantuk yang menyenangkan dan menenangkan.
Opiate juga mempunyai resiko langsung
utamanya yaitu konstipasi, konstruksi pupil, menstruasi tidak teratur dan
berkurangnya libido ( dorongan seks). Salah satu resiko tak langsung yang
sangat serius , yang terkait dengan penggunaan heroin adalah kematian akibat
overdosis karena dosis tinggi heroin membunuh dengan cara menekan pernafasan.
Penanganan primer untuk kecanduan heroin adalah metadon. Metadon adalah opiate
dengan banyak efek dan hampir sama dengan heroin. Tetapi , karena metadon
menghasilkan perasaan menyenangkan lebih kecil disbanding heroin, strateginya
adalah memblokir efek-efek withdrawal heroin dengan metadon kemudian
mempertahankan para pecandunya dengan metadon dampai mereka dapat disapih
sendiri.
4.
Pendekatan-Pendekatan
Biopsikologis Pada Korban Kecanduan
·
Ketergantungan
fisik dan perspektif insentif-positif kecanduan
Menurut berbagai physical-dependence theories of
addiction, ketergantungan fisik merangkap pecandu disebuah lingkaran setan
memakai obat dan gejala-gejala withdrawal. Idenya adalah pemakai obat yang
asupannya telah mencapai tingkat yang cukup untuk menginduksi ketergantungan
fisik didorong oleh gejala-gejala withdrawal untuk mengadministrasikan sendiri
obat itu tiap kali mereka berusaha mengurangi asupannya.
·
Kambuh
dan penyebabnya
Masalah paling sulit dalam menangani
pecandu obat adalah bagaimana membuat mereka berhenti memakai obatnya. Masalah
utamanya adalah menghentikan pecandu dari kekambuhannya. Terdapat tiga penyebab
kekambuhan yang berbeda secara fundamental pada para pecandu obat yang
teridentifikasi yaitu:
1. Kebanyakan
terapis dan pasien menunjuk stress sebagai factor utama kekambuhan
2. Adanya
drug priming(mengutamakan obat, satu paparan tunggal ke obat yang sebelumnya
disalahgunakan). Banyak para pecandu
yang merasa bahwa kecanduannya sudah terkendali dan serta merta kembali
terjungkal ke jurang kecanduan setelah sekali saja memakai obat yang sebelumnya
disalahgunakan.
3. Adanya paparan isyarat-isyarat lingkungan
(orang,waktu,tempat,atau objek) yang sebelumnya terkain dengan pemakaian obat.
IV. KESIMPULAN
Sesuai uraian di atas saya dapat menyimpulkan bahwa
yang dinamakan kecanduan obat yaitu ketergantungan atas zat tertentu untuk
berfungsi. Dalam arti klinis istilah, kecanduan harus berbahaya untuk kesehatan
keseluruhan pecandu. Meskipun populer dengan bahasa sehari-hari menggunakan
“kecanduan” untuk menggambarkan jenis obsesi atau bunga, itu harus tidak
benar-benar didefinisikan seperti jika tidak berbahaya. Dan kecanduan obat itu
mempengaruhi ketergantungan psikis maupun fisik, seperti yang sudah dijelaskan
di atas.
DAFTAR PUSTAKA
·
Edisi ketujuh Pinel, Jhon P.J., Biopsikologi,
terjemah, Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyanti Soetjipto, Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar